GALAU UN Karena Barcode? BIASA AJA LAGI!

Dwi Eka Harjani,SPd.MM,Pd

Belum selesai nonton berita tergelincirnya pesawat Lion Air ditepi laut bandara Bali, saya ditelepon sahabat yang galau karena senin ini anaknya akan mengikuti UN. Ditanya tentang sistem UN yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, saya hanya bisa menyarankan untuk tidak perlu panik kalau memang anak sudah belajar dengan benar. Persiapan mental saja! Disarankan seperti itu sahabat saya protes habis hahaha…dia masih terus mencerca dengan berbagai pertanyaan. Waduh…KEPO banget sih!

Kecemasan sahabat saya boleh jadi dirasakan pula oleh orang tua lain yang anaknya akan mengikuti UN. Maklum saja UN tahun ini terdiri dari 20 variasi soal yang berbeda kepada 20 siswa untuk satu ruang. Artinya setiap siswa mendapat satu variasi soal, sehingga kemungkinan terjadi kecurangan pada pelaksanaan UN relative lebih kecil. Seperti yang saya kutip dari harian Ambon Expres ( 6/4/13) Kepala Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) M. Aman Wirakartakusumah mengatakan bahwa indikasi praktek serangan fajar hampir selalu terjadi setiap kali pelaksanaan UNAS. Pelaku utamanya di duga para guru yang direkrut menjadi Tim Sukses UNAS. Tim ini di rekrut secara berjenjang mulai dari Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota hingga di jenjang Satuan Pendidikan. 

Guru yang masuk dalam Tim Sukses inilah yang bertugas mengerjakan lembar jawaban. Kemudian hasilnya di sebar ke siswa melalui SMS. Potensi serangan fajar itu cukup besar karena jumlah variasi soal hanya lima jenis untuk setiap ruang ujian. Berbeda dengan tahun ini, potensi personel tim sukses untuk mengerjakan soal UNAS sangat kecil. Sebab jumlah variasi soal di patok 20 jenis per ruangan. Kepala Pusat Penilaian Pendidikan ( Kapuspendik ) Hari Setiadi menambahkan pula bahwa tahun lalu setiap variasi lembar ujian memiliki kode tertentu, yakni kombinasi angka dan huruf, maka untuk UNAS 2013, kode naskah ujian tidak lagi dimunculkan dalam bentuk angka dan huruf. Kode hanya muncul dalam gambar barcode ( kode batang ). Sementara itu , Inspektur Jendral ( Irjen ) Kemendikbud Haryono Umar mengatakan pengawasan distribusi naskah ujian dari rayon ke sekolah akan di perketat. Personel pengawas dari Perguruan Tinggi akan di perkuat.

KOMPETENSI GURU? URGENT! 

Melihat ketatnya sistem UN kali ini, kalau kita menginginkan siswa lulus UN dengan model variasi 20 Soal, maka mau tidak mau gurulah yang menjadi pilar utama membentuk kecerdasan kognitif siswa. Bagaimana mungkin kompetensi kognitif siswa bisa maksimal jika untuk uji kompetensi, guru juga tidak lulus? Mengharapkan program pemerintah dengan melakukan Up Grading Guru dan memperbaiki mutu lulusan FKIP? Tentu saja! Tetapi yang tidak kalah penting adalah keinginan guru untuk mau berubah sendiri dengan melakukan Long life Learning karena itulah asset utama seorang guru yang terbentuk menjadi kompetensi guru. Berbicara tentang kompetensi guru, berdasarkan Undang –Undang Republik Indonesia no.15.Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 10 ayat 1 menyatakan, kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui Pendidikan profesi , maka empat kompetensi guru sangat mempengaruhi performa seorang guru terhadap keberhasilan siswanya.

Kompetensi Profesional

Membeli Laptop, Buku –buku bacaan yang bermutu, menonton tayangan pendidikan, menulis karangan ilmiah, melakukan tindakan penelitian kelas, belajar dan terus belajar tekhnologi adalah kegiatan yang harus dilakukan guru yang berkompeten. Tanpa memiliki kompetensi akademik atau professional yang memadai semua kompetensi lain tidak akan tercapai. Jika memungkinkan, ini jika memungkinkan lho, kelebihan uang sertifikasi bisa dipakai untuk melanjutkan pendidikan linier ke jenjang yang lebih tinggi. Kalau tidak ada uang sertifikasi? ya… berbisnislah!

Tentu bisnis yang dilakukan adalah bisnis yang berhubungan dengan pendidikan. Contohnya: menjadi penulis buku, penatar, instruktur, membuat LKS sendiri, membuat alat peraga yang dapat di gunakan dalam proses mengajar, menemukan tekhnologi pembelajaran, membuat karya tulis ilmiah, menjadi guru bimbel , dll. Yang terpenting adalah tugas pokok sebagai guru tidak diabaikan ketika mencari second income. Apalagi kedepan, kompetensi Kewirausahaan sangat dibutuhkan oleh seorang guru yang ingin meningkatkan karier menjadi kepala sekolah. Karena selain kompetensi manajerial, sosial, kepemimpinan, profesional, salah satu kompetensi yang harus di miliki kepala sekolah adalah kompetensi kewirausahaan.

Kompetensi Pedagogik Siswa akan tertarik pada pelajaran yang dibawakan oleh seorang guru karena cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran mudah di pahami dan suasana belajar yang menyenangkan. Hal ini bisa tercapai jika guru belajar pula tentang psikology kebutuhan siswa , mengingat saat ini, secara demografi, penduduk usia produktif ( 15-64 tahun) lebih besar dibanding tahun tahun sebelumnya. Itu artinya banyak anak -anak yang memasuki usia pubertas dan tentu akan menimbulkan pula banyak permasalahan pubertas. Penelitian menunjukan bahwa siswa akan lebih mudah mengikuti pelajaran jika belajar dalam keadaan fun. Dan pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan , inovatif sangat dibutuhkan. Pertanyaannya, bagaimana bisa mendapatkan cara belajar yang aktif , kreatif , menyenangkan, inovatif sesuai mata pelajaran? Tentu selain belajar otodidak, guru membutuhkan trainer yang mampu mengajarkan guru , dan itu didapatkan melalui pelatihan.

Kompetensi Kepribadian

Murid mana yang tidak suka mengikuti pelajaran ,jika melihat gurunya yang cantik, gagah, rapi, pintar, santun, “kejam”tapi baik, berempati terhadap siswa, disiplin, gaul, memiliki akhlak mulia, motivator siswa, memiliki kepribadian yang menyenangkan. Saya saja ingin jadi guru bahasa Inggris karena waktu menjadi murid di SMP 4 Ambon, saya mempunyai guru bahasa Inggris yang cantik dan baik hati. Nama beliau ibu Rina. Salam ya bu, semoga ibu tetap sehat, Amin.

Kompetensi Sosial

Melibatkan orang tua siswa dan masyarakat pada pendidikan , seperti sistem pendidikan yang di gagas oleh Ki Hajar Dewantara, adalah salah satu cara untuk membuat siswa mencintai gurunya. Bukan karena menjadi wali kelas atau guru BP saja, maka guru peduli siswa. Mencari inovasi pembelajaran dengan mengikut sertakan orang tua , pejabat-pejabat public, para professional untuk mengajar di sekolah, adalah hal yang perlu di patut di lakukan sehingga keterlibatan orang tua dan masyarakat tetap terjaga.

KENA GETAH NANGKA

Para siswa yang mengikuti UN dengan 20 variasi soal di tahun 2013 boleh jadi ketiban “Sial” karena dampak ketidak jujuran UN ditahun-tahun sebelumnya. Namun jika hal ini dilakukan secara konsisten , perlahan –lahan , diharapkan terjadi perubahan pada Attitude siswa, jangan dulu berbicara tentang mutu untuk saat ini. Karena 8 Standar Pendidikan belum merata. Perubahan sikap siswa itu yang lebih penting. Bukankah dampak ketidakjujuran UN dirasakan oleh guru sendiri? Bagaimana tata karma siswa terhadap guru saat ini? BlackBerry, Twitter,Face Book, serta Multi Media lainnya telah mendegradasi tingkah laku para siswa, karena guru saat ini bukan satu-satunya sumber ilmu serta keinginan serba instan tanpa mempedulikan proses. Padahal ketika guru “membantu” siswa seperti yang di katakana Ketua BSNP, hal itu semata karena kecintaan terhadap siswa agar siswa tidak gagal UN! Dan yang di takutkan dari UN dengan 20 variasi soal sebetulnya bukan karena siswa tidak mampu menjawab soal UN, tetapi adalah ketika siswa yang pandai secara akademik tidak lulus UN, sementara siswa yang lemah , justru lulus UN , hanya karena “ Caboci Cina Gundul! “.

*Guru SMA NEGERI 11 AMBON