Home » , » Critical Review “KUALITAS PENDIDIKAN DI MALUKU MENINGKAT”

Critical Review “KUALITAS PENDIDIKAN DI MALUKU MENINGKAT”

Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Salah satu faktor yang mendukung bagi kemajuan adalah pendidikan.
Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat diukur apakah bangsa itu maju atau mundur, sebab pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan. Bagi suatu bangsa yang ingin maju, pendidikan harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Seperti sandang, pangan, dan papan, Namun, sangat miris rasanya melihat kondisi pendidikan di Indonesia saat ini.
Berbagai masalahpun timbul, mulai dari sarana yang tidak memadai, membengkaknya anak putus sekolah, kurikulum yang gonta-ganti, ketidakprofesionalan para pendidik, sampai kepribadian peserta didik yang jauh dari yang diharapkan.
Jika kita mengungkit soal kualitas pendidikan secara nasional, bagaimana dengan kualitas pendidikan di Provinsi Maluku. Kualitas pendidikan di Maluku memang sangat memprihatinkan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan tinggi (pt). rendahnya kualitas pendidikan di negara ini bisa jadi karena masyarakatnya yang masih salah dalam memandang pendidikan, masyarakat kita masih memandang bahwa pendidikan hanyalah sebatas dan tidak lebih dari sarana untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik, dalam bidang ekonomi maupun prestasi.
Sayangnya masalah ini tidak menjadi perhatian serius kalangan pelaksana teknis dan Pemerintah Daerah (Pemda) Maluku. Ada sekolah harus dibubarkan, dan para siswanya kembali ke masyarakat dengan capaian pendidikan hanya tingkat sekolah dasar (SD). Mereka tidak dapat melanjutkan pendidikan akibat tidak adanya guru yang mengajar di sekolah. Dan lebih sayangnya lagi para pemerintah Daerah Maluku mengklaim bahwa mutu pendidikan di provinsi Maluku tiap tahun mengalami peningkatan, buktinya dilihat dari hasil pelaksanaan Ujian Nasional (Unas) tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pertanyaannya apakah kualitas pendidikan dilihat dari hasil ujian? Sebenarnya menjawab ini sangat mudah apabila kita mengetahui tujuan dari pada pendidikan itu. Kalau kita berbicara tentang pendidikan, tentunya tidak akan terlepas dari masalah apa sih sebenarnya tujuan pendidikan itu. Pendidikan dapat dikatakan berhasil jika sudah mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan ditempuh dengan tindakan-tindakan yang jelas pula. Di Maluku sendiri, dari masalah pendidikan ini akhirnya muncul polemik-polemik yang harus segera dipecahkan. Sebenarnya pendidikan di Maluku ini dikatakan belum berhasil. Terbukti dengan semakin tingginya angka pengangguran di setiap tahunnya.
Kembali ke masalah tujuan pendidikan, bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mendidik peserta didik menjadi tenaga yang siap pakai. Kemudian muncul pertanyaan. Apa sih siap pakai itu? Siap pakai adalah suatu tahapan pencapaian pengertian, kemampuan dan kemauan yang tinggi untuk menyelesaikan tugas yang telah diamanahkan.
Siap Pakai meliputi siap pakai ketrampilan dan siap pakai mental. Siap pakai ketrampilan menentukan 15% dalam keberhasilan kita, sedangkan siap pakai mental menentukan 85% dalam keberhasilan kita. Pendidikan di negara kita hanya mengajarkan siap pakai ketrampilan dan tidak mengajarkan siap pakai mental sehingga tingkat siap pakainya diragukan. Sedangkan kurikulum pendidikan di Indonesia sendiri masih menerapkan warisan leluhur dari peninggalan Belanda yang kebanyakan hanya teori-teori saja. Untuk menciptakan tenaga yang siap pakai maka perlu ketersediaan layanan pendidikan yakni sarana dan prasarana. Selain itu ketersediaan guru-guru dengan kualitas akademik yang cukup baik merupakan salah satu factor yang tak bias dilupakan.
Mengenai sarana dan prasarana, di Maluku Banyak sekolah yang hampir roboh. Ada sekolah yang mirip kandang ternak, bahkan betul-betul sudah menjadi tempat tinggal hewan. Siang dipakai untuk belajar mengajar, malamnya tempat rehat binatang. Belum lagi masalah tenaga guru, Distribusi guru yang tak merata juga menjadi problem yang belum tuntas diselesaikan.
Ada daerah yang surplus tenaga gurunya, tapi di daerah lain justeru minim. Ada satu guru yang terpaksa merangkap jabatan dari kepala sekolah, guru, sekaligus penjaga sekolah. Dilain sisi ada guru yang terpaksa belum kebagian jadwal mengajar, karena menumpuknya guru di sekolah tersebut. Kekurangan guru diatasi dengan penambahan guru tidak tetap, biasa mereka ini disebut dengan guru honor, guru kontrak, dan guru bantu. Apapun sebutan bagi mereka, tugasnya untuk mengajar.
Sayang mereka yang berjumlah ratusan ini belum juga dapat mengatasi problem kekurangan guru. Kenapa belum masalah ini tak dapat diselesaikan? Pertama, persoalan tidak didekati. Apa penyebabnya, mengapa sampai penyebab itu ada, bagaimana cara mengatasinya, siapa yang harus mengatasi, dan tujuan akhirnya apa, itu yang mesti dijawab untuk menyelesaikan problem. Misalnya kalau masalahnya ada didistribusi guru, harus dicari kenapa distribusinya mandek, apa gurunya tak mau bertugas di tempat tugas atau karena persoalan penggajian. Kemudian kalau masalah ini diatasi, siapa yang bertugas mendistribusikan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya. Setelah itu tujuan akhir dari proses panjang itu, ditetapkan. Mengapa tujuan sangat penting, agar kita tidak salah arah, tidak hanya bisa main potong kompas.
Tapi persoalan dunia pendidikan di Maluku tidak berhenti pada penyebaran guru. Masalah krusial adalah project oriented dalam membangun dunia pembangunan kita. Banyak dana pendidikan dikorupsi untuk perkaya diri pejabat. Sekolah yang harus dibangun bagus, dibuat apa adanya. Yang penting ada sekolah, anak-anak bisa sekolah, tuntas sudah tugas mereka. Persoalan semakin kacau ketika aparat penegak hukum main tutup mata dalam menengok persoalan tersebut. Kondisi ini sebenarnya memberikan peluang untuk orang terus melakukan perampokan terhadap uang negara. Sadisnya lagi yang merampok justeru mereka yang duduk ditempat empuk.
Berhenti disitukah persoalan pendidikan kita? Tidak juga. Dana gratisan yang dialirkan dari pusat ke daerah, dimanfaatkan pula oleh pejabat-pejabat kita. Dana BOS, maupun DAK disikat habis untuk memuaskan syahwat memperkaya diri. Kasihan anak-anak kita. Ingin menjadi pintar, justru haknya diambil pejabat tak bermoral. Ingin menjadi orang berguna bagi negara, dibatasi oleh persoalan guru dan bangunan sekolah yang tak layak. Sampailah kita pada kesimpulan, dunia pendidikan masih tertidur. Sudah tidur, pulas pula.
Bagaimana meningkatkan mutu pendidikan di Maluku kalau seperti ini yang katanya untuk mencapai Indeks Penyelarasan Manusia (IPM) di bidang pendidikan tidak lagi 8,6 tahun tetapi harus mencapai 11,6 tahun yang artinya semua orang Maluku rata-rata harus menamatkan pendidikan minimal SMA ini merupakan suatu keniscayaan.
Ditulis Oleh : LA FAISAL KAIMUDIN
Share this article :

9 komentar:

Sialahkan berkomentar tentang artikelnya...karena komentar anda sangat berarti bagi kami...^_^ salam Dari Ichal

 
Support : Website Murah | Ichal 759 | Jasa Web
Copyright © 2010-2013. SEBAIKNYA ANDA TAHU - All Rights Reserved
Created by Jasa Website
Powered by Blogger